Minggu, 21 April 2013

SURGA DAN NERAKA

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Berkenaan dengan masalah Surga dan Neraka, maka dari Kitab Al Yaumul Aakhir(Ensiklopedia Kiamat) yang ditulis oleh Syeikh Dr. ‘Umar Sulaiman Al Asyqor حفظه الله, insya Allooh akan dinukilkan beberapa halaman yang diharapkan dengan pemaparan nukilan dari Kitab tersebut, kita akan menjadi bertambah valid dan  jelas didalam mengkaji tentang Al Jannah Wan Naar (Surga dan Neraka), khususnya berkaitan dengan bab Pembukaan atau Pengantar.
Bahasan ini tidak kurang dari 4 masalah, yakni:
  1. Adanya Surga dan Neraka itu adalah dengan sesungguhnya, jadi bukan sesuatu yang fiktif.
  2. Surga dan Neraka itu sekarang sudah tercipta dan sudah ada.
  3. Surga dan Neraka adalah dua makhluk Allooh سبحانه وتعالى yang ditetapkan menjadi makhluk yang abadi dan tidak rusak.
  4. Surga yang semoga Allooh سبحانه وتعالى berkenan memasukkan kita kedalamnya itu adalah Surga yang pernah dinikmati oleh Nabi Adam عليه السلام.
Hendaknya kaum Muslimin mendasari bahasan ini dengan kesadaran penuh bahwa masuknya seseorang kedalam Surga dan selamatnya seseorang dari Neraka itulah sesungguhnya merupakan kesuksesan yang hakiki. Seandainya ada manusia yang menganggap dirinya sudah sukses di dunia ini dengan banyaknya harta atau istri dan anak yang dimilikinya, tingginya kedudukan / jabatannya dan sebagainya,  lalu dengan itu semua maka ia merasa dirinya sudah final, lalu ia puas dan terbuai dengannya seolah tidak ada lagi unsur rugi dan untung setelah itu; maka ketahuilah bahwa sungguh orang yang demikian itu adalah jaahil(bodoh) atau ia adalah kaafir. Oleh karena seorang Mu’min adalah seorang yang memiliki kesadaran penuh bahwa hidup di dunia ini hanyalah ladang untuk beramal shoolih, sehingga dia tidak menjadikan kehidupan di dunia ini sebagai kesuksesan yang hakiki, tetapi dirinya meyakini bahwa ia harus berjuang dengan perjuangan yang panjang untuk berusaha meraih cinta dan ridho Allooh سبحانه وتعالى agar kelak sesudah matinya ia mendapat rahmat Allooh سبحانه وتعالى untuk menjadi orang yang selamat dari Neraka dan masuk kedalam Surga-Nya. Maka barulah dikala itu ia terkategorikan sebagai seorang yang sukses, dengan kesuksesan yang sebenar-benarnya.
Setidaknya ada tiga ayat di dalam Al Qur’an dimana Allooh سبحانه وتعالى mengingatkan manusia tentang hal tersebut, yaitu antara lain adalah Surat Aali ‘Imroon (3) ayat 185 sebagai berikut:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Jadi akhir dari kehidupan kita yang disebut dengan untung (sukses) yang hakiki itu adalah jika kita sudah selamat dari Neraka dan sudah masuk ke dalam Surga. Kalau itu belum kita jangkau, belum kita capai, maka yakinilah bahwa kita masih dalam keadaan spekulatif. Mungkin untung atau mungkin rugi. Oleh karena itu tidak boleh diantara kita merasa tenang dalam hidup ini,  harus selalu berada  diantara dua keadaan: Khauuf dan Rojaa’. Khauuf artinya adalah takut pada hukuman yang Allooh سبحانه وتعالى janjikan, dan Rojaa’ artinya adalah berharap bahwa Allooh سبحانه وتعالى akan memasukkan kita ke dalam Surga-Nya.
Kalau dalam beberapa bahasan yang lalu pernah kita kaji tentang perkara Ni’mat Kubur atau Adzab Kubur, itu adalah masih sementara. Karena setelah di alam Kubur kita masih akan mengalami Hari Kiamat, Hari Dibangkitkan, Hari Dikumpulkan, Hari Dihisab, Hari Penimbangan Amal, lalu masih akan menyeberangi Ash Shirooth dan melalui Al Qonthoroh, kemudian sampai pada keputusan adakah kita tergolong orang yang “mendapat Syafa’at ataukah tidak”. Bila seandainya itu semua dapat dilalui oleh seseorang dengan baik dan setelah itu ia dimasukkan kedalam Surga, maka barulah itu yang disebut Beruntung (Sukses). Sadarilah wahai kaum Muslimin, alangkah panjang perjalanan yang masih harus kita tempuh untuk mencapai apa yang disebut “Beruntung / Sukses” menurut Allooh سبحانه وتعالى itu.
Walaupun seseorang itu merasa bahwa dirinya banyak berbuat amal kebajikan yang ia berharap pahala / ganjaran dari amal shoolih-nya tersebut, namun belum tentu di Hari Akhirat ia akan memasuki Surga; karena hendaknya ia perlu khawatir dengan adanya perkara Al Qishoshdimana mungkin segala pahala dan ganjaran yang ia peroleh masih akan dikurangi. Bahkan bisa saja ia malah menjadi orang yang bangkrut di Hari Kiamat, karena pahala / ganjaran yang dimilikinya itu habis untuk membayar orang-orang yang pernah disakiti / dianiayanya selama hidupnya di dunia. Maka keberuntungan yang hakiki itu adalah apabila seseorang itu sudah benar-benar masuk ke dalam Surga Allooh سبحانه وتعالى.
Perhatikan firman Allooh سبحانه وتعالى yang lain di dalam Al Qur’an, yakni Surat At Taubah (9) ayat 72 :
وَعَدَ اللّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya:
Allooh menjanjikan kepada orang-orang yang mu’min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di Surga `Adn. Dan keridho-an Allooh adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
Kalau orang sudah masuk ke dalam Surga, sudah masuk ke dalam ‘Adn (Taman Eden) dan ia sudah mendapatkan keridhoan Allooh سبحانه وتعالى, barulah itu disebut “orang yang beruntung”.
Perhatikan pula firman-Nya dalam Surat An Nisaa’ (4) ayat 13 berikut ini:  
تِلْكَ حُدُودُ اللّهِ وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya:
(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allooh. Barangsiapa ta`at kepada Allooh dan Rosuul-Nya, niscaya Allooh memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.
Dari ayat-ayat tersebut diatas jelaslah bahwa kalau seseorang itu sudah dimasukkan kedalam Surga, diselamatkan dari Neraka, dan mendapatkan keridhoan Allooh سبحانه وتعالى, maka barulah itu yang disebut beruntung. Kalau itu semua belum didapatkannya, maka belumlah bisa dikatakan seseorang itu Sukses. Maka pahamilah terlebih dahulu definisi “Sukses” ini, agar kaum Muslimin janganlah merasa dirinya sudah sukses bila sekedar mendapat keuntungan duniawi yang semu / fana.
Persepsi para ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah tentang Surga dan Neraka
Dalam Kitab“Al ‘Aqiidah Ath Thohaawiyyah”, dimana kitab ini ditulis oleh salah seorang ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah bernama Al Imaam Abu Ja’far Ath Thohaawy رحمه الله, beliau berkata: “Surga dan neraka itu telah diciptakan Allooh سبحانه وتعالى. Tidak akan rusak dan ia adalah selamanya. Allooh سبحانه وتعالى menciptakan Surga dan Neraka itu sebelum menciptakan makhluk yang lain. Allooh سبحانه وتعالى telah menciptakan untuk neraka ada penghuni-nya dan surga ada penghuninya. Barangsiapa yang Allooh سبحانه وتعالى kehendaki, maka Allooh سبحانه وتعالى akan memasukkannya ke dalam Surga karena keutamaan Allooh سبحانه وتعالى terhadapnya. Dan siapa yang dikehendaki-Nya akan masuk ke dalam Neraka maka itu adalah sesuai dengan keadilan-Nya. Setiap orang akan berperilaku sesuai dengan ketentuan yang telah diciptakan untuknya. Perbuatan baik dan perbuatan jelek telah ditakdirkan untuk semua orang.
Perhatikan kata “Keutamaan” Allooh سبحانه وتعالى, karena sesungguhnya kita (manusia) tidak akan bisa membeli Surga Allooh سبحانه وتعالى. Pahala amalan kita seumur hidup pun tidak akan bisa membeli Surga.
Dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 2816, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ. قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِىَ اللَّهُ مِنْهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
Artinya:
Tidak akan seorang pun dari kalian dimasukkan kedalam surga oleh amalannya.”
Mereka bertanya, “Demikian pula anda, wahai Rosuul?”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Ya. Hanya saja Allooh سبحانه وتعالى memberi jaminan padaku dengan keutamaan dan kasih sayang.”

Dari Hadits diatas dapatlah dipahami bahwa Allooh سبحانه وتعالى lebih menyayangi dan memberikan cinta-Nya kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, sehingga kedudukan beliau صلى الله عليه وسلم lebih tinggi. Berarti itu adalah karunia dari Allooh سبحانه وتعالى. Dengan demikian kalau seseorang itu bisa masuk kedalam Surga maka itu semata-mata adalah karunia Allooh سبحانه وتعالى, bukan karena hasil jerih payahnya. Adakah diantara kita manusia yang amal shoolih-nya dapat menyaingi amal shoolih Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم? Kalau Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم saja masuk kedalam Surga bukan karena amalnya, apalagi kah kita yang amalannya tidak seberapa dibandingkan dengan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Adapun siapa yang dikehendaki oleh Allooh سبحانه وتعالى untuk dimasukkan ke dalam neraka maka hal itu adalah karena keadilan-Nya. Karena Allooh سبحانه وتعالى telah memberikan kepada manusia berbagai macam perkara. Mulai dari Allooh سبحانه وتعالى lah yang telah menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada. Allooh سبحانه وتعالى lah yang telah memberikan kepada kita nikmat berupa udara, makanan – minuman, rizqi dan berbagai nikmat-Nya yang tak terhitung. Allooh سبحانه وتعالى lah yang telah menurunkan hidayah (petunjuk), telah menurunkan para rosuul dan nabi, bahkan sampainya petunjuk tersebut kepada kita melalui para ‘Ulama dimana mereka semua telah menyampaikan apa yang berasal dari Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم. Setelah rambu-rambu itu jelas, yakni mana yang halal dan mana yang haram telah jelas, juga mana yang boleh dan mana yang tidak boleh telah jelas; tetapi manusia tetap melanggar dan mengkufurinya, maka sangatlah adil bila Allooh سبحانه وتعالى menghukum orang tersebut. Jadi bila seseorang dimasukkan kedalam api neraka maka itu adalah bagian dari Keadilan Allooh سبحانه وتعالى.
Persepsi tersebut dijelaskan oleh pen-syarahKitab“Al ‘Aqiidah Ath Thohaawiyyah”, yaitu Al Imaam Muhammad bin Muhammad bin al ‘Izz al Hanafi رحمه الله:
Imaam Ath Thohaawy رحمه الله berkata bahwa Surga dan Neraka adalah makhluk dan Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah sepakat bahwa Surga dan Neraka itu telah tercipta dan sekarang telah ada. Dan Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah masih tetap meyakini seperti ini dari dahulu sampai hari ini, hingga kemudian muncullah Ahlul Bid’ah yaitu Mu’tazilah dan Qodariyyah yang mereka memungkiri bahwa Surga dan Neraka itu sudah ada dan Surga dan Neraka adalah ciptaan Allooh سبحانه وتعالى. Mereka (Mu’tazilah dan Qodariyyah) mengatakan bahwa keyakinan mereka (Ahlul Bid’ah) adalah bahwa Allooh سبحانه وتعالى akan menciptakan Surga dan Neraka pada hari Kiamat. Mereka berpaham seperti itu karena mereka membuat syari’at yang tidak diperbuat dari Allooh سبحانه وتعالى, yaitu: Allooh سبحانه وتعالى sebagai Allooh seharusnya melakukan begini, begini, tidak boleh berbuat begitu dan begitu. Mereka (Mu’tazilah dan Qodariyyah) meng-analogikan Allooh سبحانه وتعالى dengan manusia dan perbuatannya. Mereka (Mu’tazilah dan Qodariyyah) menyerupakan Allooh سبحانه وتعالى seperti makhluk ciptaan-Nya; dan kemudian Jahmiyyah (kelompok sesat lainnya) masuk dan tergolong dalam perkara mereka. Sehingga bersamaan dengan musyabihah (firqoh yang memperserupakan Allooh سبحانه وتعالى dengan makhluk-Nya atau memperserupakan makhluk-Nya dengan Allooh سبحانه وتعالى) maka mereka juga adalah mu’attilah (orang-orang yang mengingkari bahwa Allooh سبحانه وتعالى tidak boleh berbuat begini, Allooh سبحانه وتعالى tidak patut punya ini dan itu. Mereka meyakini Allooh سبحانه وتعالى tidak punya nama dan tidak punya sifat, Allooh سبحانه وتعالى tidak hidup dan Allooh سبحانه وتعالى tidak mati, Allooh سبحانه وتعالى tidak di langit dan Allooh سبحانه وتعالى tidak di bumi). Itu adalah paham yang sesat yang dipahami oleh kelompok atau firqoh Al Jahmiyyah. Dimana mereka (Al Jahmiyyah) mengatakan: Kalau Allooh سبحانه وتعالى menciptakan surga dan neraka sebelum adanya pembalasan, maka itu sia-sia (pemborosan),karena surga dan neraka tidak ditempati dalam jangka yang sangat lama. Mereka menolak dalil-dalil dan nash-nash yang menyebabkan mereka menyimpang dari Syari’at yang benar, karena mereka mengharuskan Allooh سبحانه وتعالى untuk begini dan begitu. Mereka memanipulasi (menolak) terhadap nash-nash Al Qur’an dan Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, dari tempat dan pemahaman yang semestinya. Orang yang tidak sepaham dengan mereka, oleh mereka dianggap sesat dan Bid’ah.”
Jadi Ahlul Bid’ah-pun mem-bid’ah-kan Ahlus Sunnah. Maka anda jangan kaget, seandainya Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah dituding sebagai “Ahlul Bid’ah” oleh orang-orang Ahlul Bid’ah itu sendiri. Contohnya adalah Mu’tazilah, Qodariyyah, Jahmiyyah dimana mereka sebenarnya adalah orang yang jauh dari Madzhab Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah dalam pemahaman ‘Aqiidah. Tetapi mereka (Mu’tazilah, Qodariyyah, Jahmiyyah) menuduh kepada Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah sebagai orang sesat dan Ahlul Bid’ah. Maka hal ini perlu dipahami sebaik-baiknya. Memang hal ini akan sangat membingungkan bagi kaum Muslimin yang awam atau masih baru menuntut ilmu dien, namun tuduhan Ahlul Bid’ah terhadap Ahlus Sunnah tidaklah dapat menipu orang-orang yang faqiih dalam perkara ilmu dien.
Selanjutnya beliau Al Imaam Muhammad bin Muhammad bin Abi al ‘Izz Al Hanafi رحمه الله, pen-syarah Kitab“Al ‘Aqiidah Ath Thohaawiyyah” membawakan kepada kita banyak dalil bahwa Surga dan Neraka sudah tercipta saat ini. Dan juga didalam Kitab lain yakni Kitab “Ma’aarij Al Qabuul fii Syarhi sullamil Wushuul Ila ‘Ilmil ‘Ushuul” tentang ‘Aqiidah, karya Syaikh Haafidz Hakami رحمه الله dikatakan bahwa: “Surga dan Neraka itu betul-betul benar adanya, bukan khurofat (fiktif), tetapi benar-benar akan dialami.”
Jadi Surga dan Neraka itu adalah sungguh-sungguh ada dan tidak dusta, serta bukanlah fiktif. Dan nanti akan kita fahami apa yang dimaksud dengan Surga, apakah berupa taman seperti yang dipahami oleh kaum Pluralis, ataukah Surga itu adalah yang seperti Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم gambarkan yakni adalah yang tidak pernah terdengar oleh telinga, tidak pernah terlihat oleh mata, dan tidak pernah terfikir dan terbayangkan oleh pikiran manusia.
Berbagai dalil yang menjelaskan bahwa Surga dan Neraka adalah benar adanya, adalah antara lain:
-          Surat At Tahrim (66) ayat 6 – 8
-          Surat Aali ‘Imroon (3) ayat 131 – 133
-          Surat An Nisaa’ (4) ayat 55 – 57
-          Surat Yuunus (10) ayat 7 – 8
-          Surat An Nisaa’ (4) ayat 120 – 122
-          Surat Al Hijr (15) ayat 43
Ayat-ayat Al Qur’an tersebut memberikan bukti kepada kita bahwa Surga dan Neraka itu adalah benar adanya dan kita tidak bisa memungkirinya kecuali orang-orang yang kaafir kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Surat At Tahrim (66) ayat 6 – 8 berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٧﴾ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٨﴾
Artinya:
(6) “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allooh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(7) Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan.
(8) Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allooh dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Robb-mu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allooh tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Robb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dalam ayat diatas Allooh سبحانه وتعالى menerangkan tentang adanya Neraka dan dijelaskan pula bahwa Neraka itu isinya adalah api, dan isinya adalah siksa, dan Neraka itu bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu dimana yang akan dibalas disana adalah orang-orang kaafir. Kemudian Allooh سبحانه وتعالى pun menjelaskan tentang Surga yang merupakan balasan bagi orang-orang yang beriman.
Perhatikan pula firman-Nya dalam Surat Yaasin (36) 63 – 64 :
هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ ﴿٦٣﴾ اصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ ﴿٦٤﴾
Artinya:
(63)Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam (dengannya).
(64) Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya.
Berarti seseorang masuk ke dalam Jahannam karena kufur. Balasan kekufuran adalah JahannamNa’uudzu billaahi min dzaalik.
Kemudian dalam ayat berikut (Surat Ath Thuur (52) ayat 13 – 15), perhatikanlah bahwa Neraka Jahannam sudah diancamkan kepada manusia ketika mereka masih punya kesempatan di dunia, tetapi sayangnya mereka memilih untuk kufur kepada Allooh سبحانه وتعالى:
يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعّاً ﴿١٣﴾ هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ ﴿١٤﴾ أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنتُمْ لَا تُبْصِرُونَ ﴿١٥﴾
Artinya
(13) “Pada hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat-kuatnya.
(14) (Dikatakan kepada mereka): Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.
(15) Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat?
Yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah ketika mereka (orang-orang kaafir) kelak sudah masuk kedalam Neraka, maka barulah mereka benar-benar merasakan apa yang dahulunya telah Allooh سبحانه وتعالىancamkan tehadap mereka. Sekarang, di dunia ini mungkin mereka masih saja bersikap mengingkari dan mendustakannya, karena mereka itu belum “mencicipi” panas dan pedihnya siksaan api Neraka itu.
Perhatikan pula firman Allooh سبحانه وتعالىdalam Surat Aali ‘Imroon (3) ayat 131 – 133:
وَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ ﴿١٣١﴾ وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿١٣٢﴾ وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾
Artinya:
(131) Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.
(132) Dan ta`atilah Allooh dan Rosuul, supaya kamu diberi rahmat.
(133) Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Robb-mu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.”
Juga firman-Nyadalam Surat An Nisaa’ (4) ayat 55 – 57 :
فَمِنْهُم مَّنْ آمَنَ بِهِ وَمِنْهُم مَّن صَدَّ عَنْهُ وَكَفَى بِجَهَنَّمَ سَعِيراً ﴿٥٥﴾ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزاً حَكِيماً ﴿٥٦﴾ وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً لَّهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَنُدْخِلُهُمْ ظِـلاًّ ظَلِيلاً ﴿٥٧﴾
Artinya:
(55) “Maka diantara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan diantara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.
(56) Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam Neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allooh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(57) Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shoolih, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.”
Dan firman-Nyadalam Surat Yuunus (10) ayat 7 – 8:
إَنَّ الَّذِينَ لاَ يَرْجُونَ لِقَاءنَا وَرَضُواْ بِالْحَياةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّواْ بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ ﴿٧﴾ أُوْلَـئِكَ مَأْوَاهُمُ النُّارُ بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ ﴿٨﴾
Artinya:
(7) “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,
(8) mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.”

Dan firman-Nyadalam Surat An Nisaa’ (4) ayat 120 – 122 :
يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلاَّ غُرُوراً ﴿١٢٠﴾ أُوْلَـئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَلاَ يَجِدُونَ عَنْهَا مَحِيصاً ﴿١٢١﴾ وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً وَعْدَ اللّهِ حَقّاً وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللّهِ قِيلاً ﴿١٢٢﴾
Artinya:
(120) “Syaithoon itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaithoon itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.
(121) Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari daripadanya.
(122) Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan shoolih, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allooh telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allooh?
Lalu firman-Nyadalam Surat Al Hijr (15) ayat 43:
وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْعِدُهُمْ أَجْمَعِينَ
Artinya:
Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaithoon) semuanya.”
Itulah diantara dalil-dalil dari Al Qur’an yang memberikan keterangan kepada kita bahwa Surga dan Neraka itu ada. Adapun dali-dalil yang berupa Hadits adalah sebagai berikut:
Dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 28,yang berasal dari Shohabat ‘Ubaadah bin Shoomit رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ
Artinya:
Barangsiapa yang bersaksi, berikrar dan meyakini, bahwa tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allooh سبحانه وتعالى, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, dan bahwa Muhammad adalah hamba Allooh سبحانه وتعالى dan utusan-Nya, bahwa ‘Isa ibnu Maryam عليه السلام adalah hamba Allooh سبحانه وتعالى dan putra dari hamba-Nya (perempuan, yaitu Maryam – pen.), bahwa kalimat yang Allooh سبحانه وتعالى berikan kepada Maryam dan ruh berasal dari-Nya, bahwa surga dan neraka adalah benar, maka Allooh سبحانه وتعالى akan memasukkan dia ke dalam Jannah (surga) dari delapan pintu surga yang mana yang dia mau.
Jadi pada intinya, Surga telah Allooh سبحانه وتعالى janjikan kepada orang-orang yang beriman.
Itulah hal-hal yang harus kita pahami bahwa Surga dan Neraka itu ada dan yang demikian itu benar adanya. Allooh سبحانه وتعالى menjanjikan Surga dan mengancam dengan api Neraka bagi orang-orang yang kaafir.
Surga itu sekarang sudah ada dan sudah tercipta
Sebagaimana kita ketahui, Nabi Adam عليه السلام pernah memasuki surga, berarti surga itu ada sebelum Nabi Adam عليه السلام. Dengan demikian, surga itu sekarang sudah ada, dan bukanlah seperti yang diyakini oleh orang-orang Mu’tazilah dan Qodariyyah bahwa Allooh سبحانه وتعالى baru menciptakan surga itu kelak di hari Kiamat.
Sebagai pengantar untuk kita memahami hal ini, adalah perkataan para ‘Ulama Ahlus Sunnah, antara lain adalah perkataan Al Imaam Ahmad bin Hanbal رحمه الله (beliau adalah murid Al Imaam Asy Syaafi’iy رحمه الله) sebagai berikut :
Allooh سبحانه وتعالى menciptakan Surga sebelum menciptakan makhluk. Allooh سبحانه وتعالى menciptakan untuk Surga itu ada penghuninya, dan untuk neraka juga ada penghuninya. Untuk Surga itu nikmatnya adalah abadi. Barangsiapa yang meyakini bahwa surga adalah sementara (– berarti rusak, tidak abadi – pen.), maka ia dihukumi sebagai kaafir. Allooh سبحانه وتعالى menciptakan neraka, sebelum menciptakan manusia. Dan untuk neraka itu ada penghuninya, dan adzabnya adalah abadi (selama-lamanya).
Simak pula perkataan ‘Ulama Ahlus Sunnah lainnya yakni Al Imaam Aajurri Asy Syafi’iy رحمه الله dalam Kitabnya yang berjudul “Asy Syarii’ah” , dalam Bab “Mengimani dan Membenarkan bahwa Surga dan Neraka sudah tercipta”. Beliau رحمه الله berkata: “Ketahuilah oleh kalian, semoga Allooh سبحانه وتعالى mengasih-sayangi aku dan kalian, bahwa Al Qur’an menjadi saksi bahwa Allooh سبحانه وتعالى telah menciptakan Surga dan Neraka, sebelum Allooh سبحانه وتعالى menciptakan Adam عليه السلام. Dan Allooh سبحانه وتعالى menciptakan bagi Surga ada penghuninya  dan bagi Neraka ada penghuninya, sebelum mereka itu dikeluarkan ke dalam kehidupan dunia. Tidak ada yang berselisih pendapat tentang perkara ini bagi siapa yang sampai kepada dirinya Islam dan mencicipi manisnya Iman. Telah ditunjukkan perkara tersebut, baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah. Maka kita berlindung kepada Allooh سبحانه وتعالى, dari orang yang mengingkari perkara ini”.
Lalu beliau رحمه الله menyampaikan beberapa dalil dari Al Qur’an maupun Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلمsesudahnya.
Selanjutnya simak pula perkataan ‘Ulama Ahlus Sunnah yakni Ibnu ‘Abdil Bar رحمه الله ketika beliau رحمه الله menjelaskan Hadits tentang Gerhana, maka beliau berkata sebagai berikut :
Dari Hadits yang sudah kita bahas tersebut (– Hadits tentang Gerhana – pen.), terdapat pelajaran bahwa Allooh سبحانه وتعالى menyebutkan tentang Surga dan Neraka, menunjukkan bahwa Surga dan Neraka itu sudah tercipta. Dan para ‘Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah meyakini bahwa Surga dan Neraka itu tidak rusak, tetapi langgeng dan abadi. Ahlul Bid-ah-lah yang memungkiri perkara itu.
Dari pernyataan tiga orang Imaam Ahlus Sunnah tersebut saja, kita menjadi jelas dan semakin pasti, serta tidak boleh ragu bahwa Surga dan Neraka itu sudah ada dan sudah tercipta. Kalau kita mengaku Ahlus Sunnah wal Jamaa’ahmaka kita harus meyakininya. Bahkan sebagaimana dikatakan oleh Al Imaam Aajurri رحمه الله bahwa siapa yang  meragukan bahwa Surga dan Neraka itu sekarang sudah ada, maka orang tersebut bisa terancam kafir / murtad (keluar dari Al Islaam).
Adapun dalil-dalil (ayat-ayat) yang dibawakan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah tersebut diatas, adalah Surat Aali ‘Imron (3) ayat 133 :
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya:
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Robbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.
Artinya, bahwa Surga itu telah dipersiapkan, telah disediakan.Berarti surga itu sudah ada dan sudah disiapkan oleh Allooh سبحانه وتعالى bagi orang-orang yang bertaqwa.
Juga dalam Surat Al Hadiid (57) ayat 21 : 
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاء وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Artinya:
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Robmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allooh dan Rosuul-rasuul-Nya. Itulah karunia Allooh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allooh mempunyai karunia yang besar.
Kemudian dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 7294, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه bahwa ketika matahari panas terik Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم keluar rumah melaksanakan shalat zhuhur, kemudian setelah salam beliau صلى الله عليه وسلم naik ke atas mimbar dan menyebutkan tentang hari kiamat. Beliau صلى الله عليه وسلم sebutkan bahwa pada saat itu terdapat perkara yang besar, kemudian Rosuulullooh صلى الله عليه وسلمbersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَسْأَلَ عَنْ شَيْءٍ فَلْيَسْأَلْ عَنْهُ فَوَاللَّهِ لاَ تَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ إِلاَّ أَخْبَرْتُكُمْ بِهِ مَا دُمْتُ فِي مَقَامِي هَذَا قَالَ أَنَسٌ فَأَكْثَرَ النَّاسُ الْبُكَاءَ وَأَكْثَرَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يَقُولَ سَلُونِي فَقَالَ أَنَسٌ فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَقَالَ أَيْنَ مَدْخَلِي يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ النَّارُ فَقَامَ عَبْدُ اللهِ بْنُ حُذَافَةَ فَقَالَ مَنْ أَبِي يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ أَبُوكَ حُذَافَةُ قَالَ ثُمَّ أَكْثَرَ أَنْ يَقُولَ سَلُونِي سَلُونِي فَبَرَكَ عُمَرُ عَلَى رُكْبَتَيْهِ فَقَالَ رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم رَسُولاً قَالَ فَسَكَتَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم حِينَ قَالَ عُمَرُ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ آنِفًا فِي عُرْضِ هَذَا الْحَائِطِ وَأَنَا أُصَلِّي فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ
Artinya:
Siapa ingin bertanya maka bertanyalah. Dan tidaklah kalian bertanya kepadaku tentang sesuatu kecuali aku akan kabarkan kepada kalian selama aku masih berada di tempatku ini.”
Tiba-tiba para Shohabat menangis, dan Nabi صلى الله عليه وسلم terus mengulangi: “Bertanyalah kepadaku.
Maka berdirilah ‘Abdullooh bin Hudzaafah As Sahmi رضي الله عنه seraya berkata, “Siapakah ayahku?
Beliau صلى الله عليه وسلم menjawab: “Ayahmu Hudzaafah.”
Kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم meminta lagi: “Bertanyalah kepadaku.”
Maka bangkitlah ‘Umar dari posisi duduk berlututnya lantas berkata, “Kami ridho Allooh sebagai Robb, Islam sebagai dien dan Muhammad sebagai Nabi.”
Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم terdiam sejenak, kemudian bersabda: “Barusan diperlihatkan kepadaku surga dan neraka dari balik dinding inisedangkan aku dalam keadaan sholat, aku tidak pernah melihat seperti hari ini tentang kebaikan dan kejahatan.”
Didalam suatu Hadits lain dari Anas bin Maalik رضي الله عنه, beliau berkata:
“Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sholat bersama kami pada suatu hari, setelah sholat selesai beliau صلى الله عليه وسلم berpaling kepada kami, lalu bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah Imaam (pemimpin) kalian, maka janganlah kalian mendahului aku dalam perkara ruku’, perkara sujud, perkara bangun dari sujud dan perkara berpaling. Sesungguhnya aku melihat kalian dari hadapanku dan dari belakangku”.
Lalu Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Demi yang jiwaku di dalam genggaman-Nya kalau seandainya kalian melihat apa yang kulihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.
Para Shohabat bertanya: “Ya Rosuulullooh, apa sesungguhnya yang engkau lihat?
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda: Aku melihat surga dan aku melihat neraka”.
Juga dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 6637, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا وَلَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً
Artinya:
Demi yang jiwaku di dalam genggaman-Nya kalau seandainya kalian melihat apa yang kulihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.
Pelajaran yang dapat kita petik dari Hadits-Hadits diatas adalah bahwa ketika sholat berjamaa’ah, maka hendaknya Ma’mum jangan bergerak sebelum Imaam Sholat bergerak. Gerakan Ma’mum haruslah setelah gerakan Imaam Sholat, termasuk ketika sang Imaam berpaling dari tempat duduknya, maka barulah si Ma’mum berpaling dari tempat duduknya.
Adapun yang dimaksud dengan “sedikit tertawa dan banyak menangis” dalam Hadits tersebut adalah tentu akan menjadi semakin sedikit tertawa dan banyak menangis seseorang jika saja ia mengetahui apa yang Allooh سبحانه وتعالى telah perlihatkan kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tentang dahsyat dan mengerikannya keadaan di Neraka, yang dengan demikian ia akan semakin takut berma’shiyat pada Allooh سبحانه وتعالى, dan semakin menyesal atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Inilah salah satu dari sekian Mu’jizat yang diberikan Allooh سبحانه وتعالى kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, dimana beliau صلى الله عليه وسلم telah melihat Surga dan melihat Neraka.
Jadi jelaslah bahwa Surga dan Neraka itu sudah ada, bahkan telah terlihat dan diperlihatkan oleh Allooh سبحانه وتعالى kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Dengan demikian sebagaimana yang dikatakan oleh Al Imaam Ajurri رحمه الله, seseorang yang tidak meyakini bahwa Surga dan Neraka itu sekarang sudah ada, maka dia adalah kaafir terhadap firman Allooh سبحانه وتعالى dan kaafir terhadap sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Surga dan Neraka adalah Abadi (Kekal)
Kita pahami terlebih dahulu bahwa Surga dan Neraka adalah abadi, tidak akan rusak selama-lamanya. Mudah-mudahan kita tergolong orang-orang yang Allooh سبحانه وتعالى masukkan ke dalam Surga Allooh سبحانه وتعالى sejak awal. Tetapi apabila Allooh سبحانه وتعالى takdirkan bahwa diantara kita ada yang harus masuk kedalam Neraka terlebih dahulu, maka mudah-mudahan tidak berada didalam Neraka tersebut selamanya. Karena bagi orang yang didalam hatinya ada sebesar sawit iman maka ia tidak selamanya berada di dalam neraka, melainkan pada suatu waktu ia akan dikeluarkan dari Neraka dan dimasukkan kedalam Surga.
Hal itu adalah sebagaimana diberitakan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 44 dan Al Imaam Muslim no: 193, dari Shohabat Anas bin Maalik رضي الله عنه bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ : لاََ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ ، وَيَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ : لاََ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ ، وَيَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ : لاََ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ
Artinya:
Akan keluar dari api neraka barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallooh dan dalam hatinya terdapat sebiji sawit kebajikan, dan akan keluar dari api neraka barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallooh dan dalam hatinya terdapat sebesar butir padi kebajikan, dan akan keluar dari api neraka barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallooh dan dalam hatinya terdapat sebesar biji jagung kebajikan. 
Tetapi ingatlah bahwa Neraka itu sendiri dan adzab-nya adalah abadi.
Surga dan Neraka adalah abadi, langgeng, tidak akan rusak. Misalnya seperti dikatakan oleh Imaam Ahmad bin Hanbalرحمه الله bahwa: “Neraka itu telah diciptakan dan diciptakan pula siapa yang menjadi penghuninya dan surga itu telah Allooh سبحانه وتعالى ciptakan dan diciptakan pula siapa yang akan menjadi penghuninya. Allooh سبحانه وتعالى telah ciptakan kedua-duanya, lalu Allooh سبحانه وتعالى telah ciptakan warga untuk kedua tempat itu. Surga dan Neraka itu tidak pernah akan rusak dan apa yang ada didalamnya juga tidak pernah akan rusak. Jika ada Ahlul Bid’ah atau kaum Zindiq (munaafiq) yang mengatakan dengan berdalil bahwa segala sesuatu akan binasa kecuali Allooh سبحانه وتعالى, dan termasuk ayat-ayat sejenit itu, yang termasuk ayat Muhtasyaabihat di dalam Al Qur’an, maka hendaknya anda menjawab kepada orang yang seperti itu : ‘Tafsiran ayat itu adalah bahwa segala sesuatu yang Allooh سبحانه وتعالى takdirkan untuk rusak dan binasa, maka ia akan binasa. Sedangkan Allooh سبحانه وتعالى menciptakan Surga dan Neraka itu untuk selamanya, bukan untuk fana dan tidak untuk binasa. Dan Surga itu termasuk di alam Akhirat bukan di alam dunia’.”
Demikian Al Imaam Ahmad bin Hanbalرحمه الله menjelaskan kepada kita sekalian tentang keabadian Surga dan Neraka.
‘Ulama Ahlus Sunnah Ibnu ‘Abdil Bar رحمه الله menjelaskan:
Ahlus Sunnah mengatakan bahwa Surga dan Neraka itu sudah tercipta dan keduanya tidak akan rusak, bahkan sampai datangnya hari Akhirat. Adapun rusaknya dunia sudah kita maklumi bersama, bila dunia itu musnah dengan adanya hari Kiamat. Sedangkan hari Akhirat tidak pernah terbebas dari Jahannam, tidak pernah kosong dari Jahannam. Akhirat juga tidak pernah kosong dari Surga, karena Surga adalah bagian dari kasih-sayang Allooh سبحانه وتعالى, dan Neraka adalah tempat orang yang diadzab dari kalangan orang-orang yang Allooh سبحانه وتعالى kehendaki”.
Berikut ini adalah perkataan ‘Ulama Ahlus Sunnah Ibnu Taimiyah رحمه الله:
Telah sepakat pendahulu ummat dan para Imamnya dan seluruh Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah  bahwa ada diantara makhluk yang tidak akan pernah hilang (lenyap) secara menyeluruh, seperti misalnya Surga, Neraka dan ‘Arsy. Karena menurut Hadits dan penjelasan para ‘Ulama bahwa ‘Arsy adalah atapnya Surga”.  
Jadi dari penjelasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah diatas, maka dapatlah kita ambil pelajaran bahwa pada intinya:
-          Surga dan Neraka sungguh-sungguh ada
-          Surga dan Neraka sekarang sudah ada (sudah tercipta)
-          Siapa yang ingin masuk surga sebelum Hari Kiamat, maka hendaknya ia mati dalam keadaan Syahid, yakni meninggikan Syari’at Allooh سبحانه وتعالى, meninggikan Laa ilaaha illallooh Muhammadur Rosuulullooh.
Insya Allooh dalil-dalil tentang hal ini akan kita bahas dalam kajian mendatang tentang perkara Surga dan Neraka.
TANYA JAWAB
Pertanyaan:
Diatas disebutkan ada Hadits yang menerangkan bahwa ketika seseorang sholat berjamaah, maka si ma’mum sebaiknya jangan meninggalkan tempat sholat (berpaling) sebelum si Imam sholat-nya meninggalkan tempat sholat (berpaling). Mohon penjelasan lebih lanjut, bagaimana apabila si Imam masih ingin berlama-lama berdzikir setelah sholat, sementara si ma’mum ingin segera pergi karena ada keperluan lain?
Jawaban:
Memang benar. Dan disinilah hikmahnya dimana Islam itu mengajarkan kemudahan. Tetapi yang menjadikannya tampak sulit adalah mereka orang-orang yang “kreatif” dengan menambahkan ini dan itu kedalam Syari’at Islam, dengan cara berbuat berbagai macam ke-Bid’ahan. Islam itu asalnya mudah (Ad dienu yusrun– agama itu mudah). Hanya kesannya di masyarakat, seolah-olah Islam itu menyulitkan. Padahal kesulitan itu diciptakan oleh orang-orang yang berbuat Bid’ah yang menyalahi tuntunan Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم, sehingga kemudahan Islam itu menjadi tertutupi oleh berbagai macam Bid’ah yang ada. Oleh karena itu disinilah pentingnya mengapa kita semua hendaknya kembali kepada kemurnian ajaran Islam.
Sebagai contoh berbagai kebid’ahan yang sering terjadi di masyarakat adalah ketika sholat-sholat Jahriyyah (yakni sholat-sholat dimana bacaan Al Fatihah dan bacaan Surat-nya dikeraskan) seperti Maghrib dan Isya, maka oleh orang-orang yang “kreatif” (dalam berbuat Bid’ah) tersebut diadakanlah semacam ritual dzikir dan wirid bersama, sholawat bersama, bersalam-salaman bersama sambil berkeliling dan membaca sholawat, dan sebagainya; seolah-olah itu semua adalah bagian dari ritual resmi ibadah. Padahal itu sama sekali bukan dari Islam. Tidak ada tuntunannya sama sekali dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم untuk berbuat seperti itu. Itu adalah Bid’ah.
Pemecahannya adalah: Pahamilah dan praktekkanlah Sunnah Rosuulullooh Muhammad صلى الله عليه وسلم dengan benar, bukan ditambah-tambah dengan “kreasi” seperti tersebut di atas. Puaslah anda dengan Sunnah Rosuul, dimana Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengajarkan bahwa apabila kita selesai dengan sholat berjama’ah, maka setelah selesai salam menoleh ke kiri dan ke kanan, maka si Imam Sholat jangan langsung menghadap kepada ma’mum, tetapi bacalah terlebih dahulu “Astaghfirullooh” (3 X), lalu membaca: “Alloohumma Antas salaamu, wa mingkas salaamu, tabaarokta dzal jalaali wal ikroomi”, barulah duduknya berbalik menghadap Ma’mum. Dan itu adalah Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Dzikir dan do’a setelah sholat sangat pendek yaitu: Subhaanallooh (33 X) – Alhamdulillah (33 X) – Alloohu Akbar (33 X) dan ditutup dengan: “Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai ing qodiir” (1X).  Dan barangsiapa yang menuntaskan bacaan tersebut sebelum ia bangkit pergi, maka Allooh سبحانه وتعالى akan hapuskan dosa-dosanya meskipun dosa itu sebanyak buih di lautan.
Selebihnya dari bacaan tersebut, lalu ia membaca : “Alloohumma laa maani’a lima a’thoita, wa laa mu’thiya lima mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jadi minkal jaddu”, lalu boleh ditambah membaca Surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An Naas, lalu membaca Ayat Kursi, kemudian membaca do’a sekedarnya, barulah selesai itu pulang.
Semua itu hanya memakan waktu tidak lebih dari 10 menit. Adapun menjadi sulit dan lama, karena memang dibuat-buat menjadi lama. Oleh karena itu baik sang Imam Sholat maupun Ma’mum hendaknya menyadari dan memahami bahwa yang ditiru atau dilaksanakan itu semestinya hanyalah Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم saja, tidak perlu ditambah-tambah, maka insya Allooh itu akan menjadi mudah dan singkat, dan tidak akan menyulitkan bagi Ma’mum yang perlu segera pergi ke tempat lain oleh karena adanya suatu keperluan.
Yang demikian itu adalah bagi orang yang mukim (warga setempat).
Adapun agi orang musafir (dalam perjalanan) maka berbeda lagi sunnahnya. Bagi orang musafir, begitu selesai salam menoleh ke kiri dan ke kanan, maka apabila ia langsung bangkit dan pergi itu adalah tidak mengapa. Karena ia sedang sibuk, dan itu semua diajarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Karena dienul Islam ini adalah mudah.
Pertanyaan:
Kalau saya tidak salah menangkap penjelasan diatas maka diterangkan bahwa Surga dan Neraka adalah makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Allooh سبحانه وتعالى, sebelum penciptaan makhluk-makhluk yang lain. Apakah benar demikian?
Jawaban:
Bukan. Surga dan Neraka bukanlah makhuk yang pertama kali diciptakan.
Perhatikanlah Hadits Riwayat Al Imaam Abu Daawud no: 4702 dan Al Imaam At Turmudzy no: 3319, dari Shohabat ‘Ubaadah bin Shoomit رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ ، فَقَالَ لَهُ : اكْتُبْ قَالَ : رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ ؟ قَالَ : اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
Artinya:
Pertama kali yang Allooh سبحانه وتعالى ciptakan adalah Al Qalam (pena).
Lalu Allooh سبحانه وتعالى firmankan kepada Al Qalam:“Wahai Qalam, tulislah olehmu!
Lalu kata Qalam:“Apa yang aku tulis, ya Allooh? 
Allooh سبحانه وتعالى  berfirman:“Tulislah apa yang akan terjadi sampai hari Kiamat.
Atas keterangan Hadits tersebut, maka makhluk yang Allooh سبحانه وتعالى ciptakan pertama kali bukanlah Surga dan Neraka, melainkan Al Qolam.Tetapi yang jelas bahwa Surga dan Neraka itu diciptakan sebelum penciptaan Nabi Adam عليه السلام.
Pertanyaan:
  1. Menurut sebuah Hadits menerangkan bahwa orang yang mati Syahid itu ruhnya disimpan di tembolok burung warna hijau, yang selalu melayang-layang di atas surga. Artinya Surga itu itu telah ada.
  2. Ada makhluk yang disebutkan dalam Al Qur’an yaitu: Ya’juj dan Ma’juj. Makhluk apakah itu, manusiakah atau binatang ?
  3. Ada orang yang mengatakan bahwa Hadits Palsu diciptakan oleh para politisi dan para pelaku Tasawuf (Sufi). Mohon penjelasan atas keterangan tersebut.
Jawaban:
1. Hadits tentang Ruh para yang mati syahid, yang disimpan di tembolok burung warna hijau,  adalah hadits Shohiih dan benar. Hal itu adalah sebagaimana yang diberitakan dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 1887, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
أَرْوَاحُهُمْ فِى جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا قَنَادِيلُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ
Artinya:
Ruh para syuhada itu didalam tembolok burung berwarna hijau, didalam sangkar tergantung diatas ‘Arsy.”
Itu membuktikan bahwa Surga dan Neraka memang sudah ada dan sudah diciptakan. Dan orang mati Syahid adalah calon penghuni Surga.
2. Tentang Ya’juj dan Ma’juj, dahulu pernah kita bahas (silakan baca kembali: “Keluarnya Ya’juj wa Ma’juj” atau klik: http://ustadzrofii.wordpress.com/2011/07/28/keluarnya-yajuj-wa-majuj/).
Mereka adalah sejenis manusia, yang sekarang sedang dikurung dalam sebuah benteng dikelilingi tembok yang sangat kuat, dan sampai saat ini mereka terus-menerus berusaha melobangi tombok itu, memperbesar lobang itu, dan berusaha keluar dari benteng itu. Benteng itu setinggi gunung, sampai sekarang belum terdeteksi dimana letaknya. Menurut Hadits, Ya’juj dan Ma’juj akan keluar memenuhi bumi ini menjelang hari Kiamat, dan akan dikalahkan oleh Nabi Isaعليه السلام.
3. Benar, bahwa Hadits Palsu dibuat para politisi dan pelaku Tasawuf, yaitu orang-orang Sufi.  Orang-orang Sufi adalah ahli ibadah tetapi juga Ahlul Hawa dan Ahlul Bid’ah wal Furqoh. Mereka punya andil dalam memunculkan Hadits-Hadits Palsu.
Pertanyaan:
Bagaimana dengan orang-orang melakukan bom bunuh diri, seperti yang terjadi di Iraq, Pakistan, Afganistan dan sebagainya, apakah mereka itu mati syahid atau bukan ?
Jawaban:
Bom bunuh diri dalam istilah bahasa Arab disebut: Amaliyyatun Isytisyhaadiyyah (Proses mencari Syahid). Mereka yang melakukan Bom bunuh diri itu berdalil bahwa: Pernah terjadi pada zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم ketika terjadi peperangan, salah seorang Shohabat Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم lari masuk ke tengah-tengah musuh dengan maksud untuk memusnahkan banyak musuh dan ia siap mati sendirian. Kejadian itu tidak pernah terjadi, kecuali hanya terjadi satu kali itu saja.
Menurut para “Ulama Ahlus Sunnah, secara ‘Ushul Fiqih, bahwa perkara yang jarang (naadir) tidak bisa dijadikan dalil. Karena perkara yang sering ada dan banyak dilakukan, serta yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itulah yang dijadikan landasan hukum. Adapun yang hanya terjadi sekali saja, atau yang nyeleneh, maka itu tidak bisa dijadikan landasan hukum.
Juga sangatlah situasional, perlu ditinjau bagaimana keadaan di saat itu. Apalagi apabila ternyata ditempat yang hendak di-bom itu ada kaum muslimin-nya yang malah dapat menjadi korban dari bom tersebut, lalu perlu ditinjau lagi bahwa ternyata tidak ada yang mengomando bom bunuh diri itu, tidak ada amir (pimpinan kaum muslimin)-nya disaat itu; sehingga secara Syar’i, secara Thoriqoh, difatwakan oleh para ‘UlamaAhlus Sunnah bahwa bom bunuh diri TIDAK untuk dilakukan.
Bila hal itu telah dilakukan oleh sebagian orang, maka mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى menilai dari sisi niatnya. Bahwa niatnya mungkin untuk membela Islam, dan ia tidak punya kemampuan kecuali apa yang ia punyai, sementara tantangan sedemikian besar, lalu ia ber-ijtihad di saat itu untuk berlaku demikian. Kalaupun ia salah dalam hal cara, tetapi ia tetaplah muslim. Mudah-mudahan kesalahannya itu Allooh سبحانه وتعالى ampuni dan niatnya diterima oleh Allooh سبحانه وتعالى. Tetapi hendaknya hal ini bukan menjadi rumus bahwa melakukan bom bunuh diri seperti itu adalah metode bagian dari peperangan.
Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar